DIES NATALIES KE 57 FAKULTAS AGAMA ISLAM




Kegiatan ini di selenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang Dengan tema Kolaborasi Budaya Dan Literasi Sebagai Tameng Fanatik Radikalisme” Oleh : Gus Candra Malik tokoh sufi, budayawan, seniman, penulis, buku makrifat cinta. Malang, 23 November 2019 Gedung Pasca Sarjana Lt. 7 Universitas Islam Malang. Yang di meriahkan langsung oleh: gubuk sufi jabung, sanggar sentra budaya PGMI, last choice band, lintang songo, dan wayang tuhan.

            Masa depan yang cerah adalah masa depan yang mampu memandang dimana kecerahan itu kita dapatkan, mendirikan tidak semudah menjalankan. Diesnatalis yang ke 57 fakultas agama islam merupakan peristiwa yang sangat bersejarah dan menandai awal dari pada perjalanan fakultas agama islam, yang dulunya masih di kenal dengan nama fakultas tarbiyah dan merupakan satu-satunya fakultas yang lahir pertama kali di Universitas Islam Malang.

            Ketua Badan Eksekutuf Mahasiswa Fakultas Agama Islam Saiful Rohman, memberiakn sedikit pandangan dan harapan dari sambutannya, bahwasanya saat ini kita sudah di jajah oleh gerakan-gerakan radikalisme. Oleh karena itu tema yang kami angkat ini  “ Kolaborasi budaya dan literasi sebagai tameng fanatik radikalisme,” dapat memberikan dan menjadih bekal pengetahuan terhadap mahasiswa khusunya fakultas agama islam, bahwa sanya mahasiswa harus menjadi seorang plopor dan garis terdepan untuk melawan dan memberantas gerakan-gerakan radikalisme yang ingin menghancurkan anak bangsa Indonesia. Kemudian di tambahkan oleh Wakil Dekan III Bidang Ke-Mahasiswaan Fakultas Agama Islam, bapak Dr. Roshicin Mansur M.pd. Bahwa sanya budaya akan selalu melekat dan kita akan menemukan budaya itu, oleh karena itu kita harus mampu beradaptasi yang baik dalam budaya-budaya saat ini.

            Kita tidak akan nyaman dan tenang dalam hal apapun dan tidak akan bisa menyelenggarakan acara ini, jikalau Indonesia ini tidak aman (Gus Candra Malil). Tentu sangatlah di butuhkan peran masyarakat akademika untuk terjun kedaerah-daerah untuk mengaplikasikan keilmuannya, menjaga dan mengawasi daerah-daerah yang terancam atau di masuki budaya-budaya yang tidak baik, karna Mahasiswa tidak hanyalah diam di kampus saja. Masalah radikalisme saat ini memang sudah marak terjadi dimana-mana, termasuk di Indonesia sendiri. Pengaruh radikalisme yang merupakan suatu pemahaman baru yang di buat-buat oleh pihak tertentu mengenai suatu hal, seperti agama, sosial, politik seakan-akan menjadi rumit karena berbaur dengan terorisme yang cendrung melibatkan tindakan kekerasan. Berbagai tindakan teror yang tak jarang memakan korban jiwa seakan menjadi cara dan senjata utama bagi para pelaku radikal dalam menyampaikan pemahaman mereka dalam upaya untuk mencapai sebuah perubahan.
           
Mengantisipasi perihal yang ada di masyarakat dengan bermacam perbedaan di karenakan ketidak sepahaman dengan kelompoknya, “kita sama, tapi sama-sama berbeda” karenah itulah perbedaan adalah benar-benar rahmat bagi manusia, agama di Indonesia boleh beda akan tetapi kita sama-sama Indonesia. Dalam hal ini, tentunya bukan hanya dari kalangan pemerintah saja yang harus mencegah dan mengatasinya, namun seluruh rakyat harusnya jugak ikut dan berpartisipasi dalam usaha tersebut, terutama para pemudi dan pemuda. Hal ini di karenakan pemudalah yang nantinya merupakan generasi penerus bangsa ini sekalian menjadi tombak untuk melakukan pencegahan dan pemberontakan radikalisme itu.

            Hal yang paling mencolok untuk dapat mengambil peran dalam mengatasi masalah ini ialah para generasi mudah, seperti mahasiwa yang merupakan agent of change bangsa ini. Kita adalah generasi pertama dan generasi seratus tahun kedepan oleh karena itu kita harus pastikan bahwa Indonesia akan terus bangkit sampai akhir hayat dunia sudah tiada, janganlah menjadikan Indonesia dengan istilah mati suri “ yang hidup mati hidup mati.”

            Radikalisme memang sudah timbul pertama kali yaitu dalam diri manusia yang mempunyai rasa ingin memberontak untuk merubah peradaban dunia selanjutnya, baik perubahan yang baik atau perubahan yang buruk, disitulah peran-peran dari pada manusia yang mempunyai rasa pemberontak yang baik menjadi pelopor dan garda terdepan dalam menjaga dunia dari sosok diri manusia dan pemberontkan yang tidak baik. Pesan Gus Candra Malik bahwa UNISMA sebagai kampus NU terbesar di dunia harus menjadi garda terdepan dalam mencegah gerakan-gerakan radikalisme.
           
Oleh : HAINOR RAHMAN
Editor : MUCHLISIN
Sumber Poto : Dok. DIES NATALIES KE 57 FAKULTAS AGAMA ISLAM

Comments