Cerita Masa Lalu Stimulus Gerakan Perempuan Di Setiap Peradaban



Malang, Sekolah Islam Gender atau SIG merupakan kaderisasi formal Korps Pergerakan Mahasiswa Isam Indonesia Putri.
Diharapkan dengan kegiatan ini perempuan mampu memahami perannya dalam kesetaraan gender. Dan semangat itulah yang dimiliki Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Sunan Bonang yang menggelar SIG se-Jawa Timur yang bertemakan  Afirmasi Gerakan Kopri Berbasis Gender Multisektor”. Dalam sambutannnya A. Herly Fanisbet selaku ketua umum PMII Rayon Sunan Bonang mengatakan “Di dunia ini manusia diciptakan setara dari satu dengan yang lainnya, hanya kondisi raganya yang beda dan itu bukan merupakan suatu hambatan untuk membuat suatu perubahan. Dalam  hal ini semua manusia sama dimata Tuhan, yang membedakan adalah ketaqwaan terhadap Tuhan itu sendiri. Tuhan!!! Saksikanlah kami tegak berdiri, damaikanlah samudra luluhkanlah tirani, khidmad kami untuk negeri dan ilahi”,  Ucapnya.
Kegiatan ini dilaksanakan di Villa Sumber Urip Desa Tlekung Kec. Junrejo, Batu. Dimulai pada hari Sabtu sampai hari Minggu (4-5/1/2020). Dalam perkataanya, Ilmy Najib selaku ketua Gusdurian koordinator wilayah Jawa Timur menyampaikan dalam materi yang berjudul Pentingnya Kesetaraan Gender. Dalam literatur sejarah peradaban bangsa ini, tak sedikit peran perempuan yang mempunyai potensi menjadi pemimpin,pergerakan dimulai dari sejarah kerajaan yang di pimpin oleh perempuan. Ini membuktikan bahwa perempuan tak hanya bisa dalam satu sektor saja tapi mampu bergerak dalam multi sektor dan layak di sejajarkan dengan laki-laki, yang berbeda hanya bentuk fisiknya saja”, katanya, Sabtu (4/1).”Konsep kekuasaan nusantara  cenderung memiliki kultur yang bersifat feminim daripada maskulin dalam arti matrialistik dengan faham positiftik. Sedangkan kritik faham feminisme barat memiliki faham materialisme histori dalam pembagian kerja sosial yang menempati kedudukan produsen tidak sama dengan laki-laki dan pada sistem kapitalisme mengenai harta miliki. Pertama, keluarga yang memiliki harta milik wanita berada dibawah kekuasaan laki-laki. Kedua, keluarga yang tidak memiliki harta milik tidak ada faktor wewenang. Indonesia mulai mengenal pandangan dari luar, dimana dulu bangsa indonesia masih menjadi feminim dan berubah menjadi maskulin”, ungkapnya. Namun demikian, dirinya juga berharap agar para kader tidak semata menempa diri dalam kegiatan terkait perempuan saja, namun juga sejumlah kegiatan dalam rangka memperkuat wawasan terkait sejumlah isu yang berkembang.
 Pada masa orde baru perempuan dan kesetaraan gender belum merata secara holistik. Hak perempuan semakin direndahkan dan mulai tidak di anggap lagi. Rendahnya partisipasi dalam hak perempuan untuk berekspresi dan kebebasan dalam melakukan hal apapun terjadi dalam masa ini. Semua ini menyebabkan perempuan mengalami pendomestikan politik dan tersubordinasi dalam sistem politik. Di masa reformasi, beberapa gerakan dan kumpulan dari kelompok perempuan mulai hadir sedikit demi sedikit. Semua itu di maksudkan untuk membangkitkan kembali semangat berorganisasi dan berpolitik untuk mewujudakan sebuah kesetaraan gender yang adil. Oleh sebab itu kegiatan ini dilakukan untuk mengenali cerita masa lalu agar ada perubahan dalam masa yang akan datang. Harapannya kegiatan ini mampu membuat kaum perempuan menjadi lebih percaya diri dalam memahami gender yang sebenarnya.
 Kegiatan ini tidak hanya diikuti oleh peserta perempuan saja,namun banyak peserta laki- laki yang ikut dalam acara tersebut. Bahkan banyak dari luar kota yang berpartisipasi mendelegasikan kadernya untuk mengikuti acara ini. Diantara  peserta tersebut berasal dari, Jember, Pasuruan, Sidoarjo, Nganjuk, Ngawi, Tulungagung dan Lamongan. Mereka sangat senang dan berantusias dari awal acara sampai acara selesai. Meskipun kegiatan digelar kopri, namun ada juga peserta laki-laki yang ikut serta, salah satunya sahabat Alvan yang berkenan mengikuti acara hingga selesai. “Bahwa SIG tidak hanya dikhususkan untuk perempuan, namun laki-laki juga harus tahu arti kesetaraan gender dan memahami peran perempuan ataupun laki-laki biar nantinya tidak ada diskomunikasi”, katanya. Dengan acara SIG ini semua bisa memiliki pemikiran yang setara tentang perempuan. Sehingga perempuan tidak lagi dianggap rendah. Dan diharapka materi yang di sampaikan oleh pemateri bisa membuat perubahan menganai pandangan masa lalu yang memandang perempuan tidak bisa menyentuh politik dan memiliki kebebasan dalam berpendapat. Dengan pengetahuan dari materi SIG para peserta bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dan perempuan mampu bergerak layaknya laki-laki, serta kaum laki-laki mampu memberi pandangan positif tentang hak perempuan.
 Dikemukakan bahwa kebanyakan dari kader laki-laki enggan mengikuti SIG karena mungkin mereka menganggap bahwa itu kopri saja. “Saya awalanya juga seperti itu, tapi setelah mengikuti SIG ternyata penting juga untuk kita mengetahui arti kesetaraan gender, dengan harapan SIG tidak hanya diikuti anggota kopri agar kita bisa saling menghargai dan memahami arti keseteraan”, ungkapnya. Dengan hal itu peserta laki-laki mampu memahami lebih tentang gender bagi perempuan, agar nantinya tidak ada kesalahan pemahaman mengenai itu semua. Dalam acara ini mereka terlihat antusias dalam memahami gender bahwa perempuan bisa bergerak masuk kesegala sektor disetiap lingkungan dan sangat dianjurkan kemajuan prempuan khususnya kader kopri ketika masih berproses di PMII maupun dilingkungan sosial.
 Acara ini, turut dihadiri ketua komisariat, ketua kopri kota Malang, jajaran Alumni PMII Rayon Sunan Bonang serta tamu undangan dari komisariat maupun Rayon se-Jawa Timur. Selain itu SIG ini dihadiri dan diisi oleh para pemateri yang sangat hebat. Isi dari materi yang bermanfaat dan mampu membuat pandangan baru serta wawasan lebih bagi semua peserta.

Oleh : Sahabati Ramlan & Rahma (anggota PMII Rayon Sunan Bonang 2019)
Editor : Muchlisin
Sumber Photo : Dok. SIG Se-Jawa Timur PMII Rayon Sunan Bonang

Comments