CATATAN KEGELISAHAN KADER



  Aku melakukan perjalanan intelektual ini sendiri hingga sampai di sebuah surau kecil selama beberapa hari atau bisa dikatakan mencari ketenangan diri. Berangkat dari kegelisahan diri sendiri khususnya dan kemungkinan  menjadi kegelisahan kita bersama juga. Sebagai warga Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tentu kita sadar dengan apa yang terjadi saat ini, dengan melihat sebuah roda organisasi yang hampir tidak bergerak lagi dalam kurun waktu yang tidak cepat di karenakan adanya guncangan dari eksternal yaitu pandemi virus corona. Seluruh kegiatan yang memiliki sangkut paut dengan mahasiswa khususnya dalam pembahasan kita kali ini dengan serentak di berhentikan sesuai dengan intruksi dari pemerintah pusat agar tidak melakukan aktivitas apapun dan seluruh perkuliahan dilakuakan dengan metode daring serta adanya social distancing yang justru semakin jauh dengan kata humanisme. Bukan berarti disini saya tidak sepakat dengan kebijakan tersebut justru saya sangat mengapresiasi karena telah mengambil tindakan yang tepat dengan kondisi sekarang ini, akan tetapi masih ada kegelisahan - kegelisahan dari kalangan menengah kebawah tentunya yang tidak saya bahas kali ini namun pembahasan ini lebih berfokus kepada kegelisahan aktivis mahasiswa pergerakan. Dimana ketika kita mendengar kata aktivis yang pertama kali terbayang ialah orang yang selalu aktif melakukan sesuatu atau kegiatan dalam segala lini,dengan rasa semangat dan percaya diri melakukananya dengan riang gembira walau toh sebenarnya tidak selalu begitu, seseorang dengan jiwa sosial yang tinggi apalagi kalau sudah berbicara idealisme semua bisa-bisa di sapu habis, yah itulah kebanyakan aktivis. Namun, dengan melihat kondisi seperti ini kegelisahan itu menjelma menjadi pertanyaan bersama sebagai warga pergerakan khususnya, ialah apakah kita juga akan berhenti melakukan amaliah-amaliah warga pergerakan seperti biasanya?, apakah kegiatan membaca, kajian dan diskusi juga mengalami hal yang sama serupa?,akan di bawa kemana kader-kader generasi penerus jikalau tidak ada yang kita berikan? Lantas apakah ada antisipasi atau terobosan yang sudah dilakukan selama ini?, dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya saya tuliskan juga namun mungkin pertanyaan di atas sudah mewakili pertanyaan yang belum bisa di tuliskan, semoga saja hasil pikiran yang akan menjadi jawaban tersebut tidak jauh berbeda dengan apa yang sahabat/i pikirkan juga. Yang paling penting ialah bagaimana sikap dan tindakan yang akan kita ambil saat ini khususnya warga Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.

  Sembari mencoba menganalisis hal yang menjadi kegelesihan di atas ada perlunya kita juga harus mempunyai berbagai macam ide yang nantinya akan di kembangkan untuk bagaimana menjadi formulasi bagi bibit-bibit kader intelektualis religius di masa yang akan datang. Mencoba menggali kembali nalar kritis yang hampir tumpul ini dengan berlandaskan dengan paradigma PKT saat ini sehingga setiap permasalahan kita tidak melihatnya secara subyektif akan tetapi obyektif agar bagaimana nantinya menemukan solusi-solusi cemerlang untuk di gunakan. Saya mencoba mengawali dengan quotes dari ketua Rayon Sunan Bonang priode 2019/20 yaitu Sahabat Herly Fanisbet; Maka menjadi perlu umtuk di sampaikan kepada seluruh keluarga besar rayon sunan bonang " kampus beserta seluruh kegiatanya boleh libur dan di undur, tetapi ikhtiar untuk mencerdaskan kehidupan dan gizi akal seluruh instrumen keluarga RSB tidak". Sudah tentu sahabat/i semuanya mulai berfikir tentang itu apalagi yang masih menjabat sebagai pengurus PMII saat ini, dan bisa di jadikan sebagai tolak ukur sahabat/i seluruhnya. Bahwasanya memang benar apa yang terjadi saat ini mampu membuat nalar pikir kita semakin dekat dengan kata tumpul, oleh sebab itu perlu adanya suatu formulasi untuk menjawab kegelisahan-kegelisahan itu.

Ada begitu banyak sekali kegelisahan-kegelisahan yang kita rasakan saat ini, entah dari segi eksternal maupun internal itu sendiri. Mencerdaskan kehidupan dan gizi akal seluruh instrumen kader PMII umumnya sudah menjadi kegelisahan pertama yang di hadapi kita semua saat ini. Saya sudah melakukan analisis survey kepada pengurus dan anggota rayon saya sendiri khuusnya, terkait kegelisahan-kegelisahan yang dialaminya saat ini sebagai kader. Begitu banyak kegelisahan yang saya sederhanakan menjadi beberapa saja diantaranya ialah; ada yang takut ketinggalan ilmu yang lebih luas, kurangnya melakukan kajian dan diskusi, bahkan ada yang mengatakan jikalau tidak ada kegiatan sama sekali takut rayonya akan mati, dan sampai-sampai ada yang takut kehilangan kader. Sungguh ironis memang jikalau kita melehiat rayon sudah tidak ada kegiatan lagi, seakan-akan roda organisasi akan beristirahat untuk beberapa saat, dan itu hal yang tentu kita tidak harapkan sama sekali.


Maka perlunya kita bangkit atas keadaan ini dan bergerak lebih maju, walaupun setiap kegiatan misalnya kajian dan diskusi tidak bisa tatap muka, maka di lakukan dengan via online pun tak masalah. Karena seorang kader akan selalu melakukan  setiap kegiatan yang produktif bagi dirinya sendiri dan sesamanya dalam kondisi dan keadaan apapun. Seorang kader tidak akan mau membatasi dirinya dengan hanya ingin membaca buku terbitan tertentu saja, diskusi pada kalangan orang tertentu saja dan bertanya dengan pertanyaan tertentu saja. Karena dia tahu bahwa membatasi diri dari hal di atas adalah perbudakan intelektual. PMII hari ini sudah tidak berbicara mengenai kuantitas, melainkan berbicara tentang kualitas dari masing-masing kader itu sendiri. Dengan kader-kader yang berkualitas pasti akan mampu membuat formulasi-formulasi baru dan jalan keluar pada setiap permasalahan yang di hadapi organisasi tersebut. Maka perlu bagi kita semua mengaktifkan kembali kegiatan di rayon kita masing-masing, jangan sampai roda organisasi berhenti hanya karena masalah ini, begitupun tetap di adakanya kegiatan online serta saling komunikasi dan koordinasi bersama-sama agar tidak ada miskomunikasi.

Ku persembahkan untuk sahabat/i Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) & memperingati HARLAH PMII KE-60

Semoga bermanfaat bagi pembaca, akhir kata,
Wallahul muwafieq ila aqwamit thoriq,
Salam pergerakan!!

OLEH : AFRIZAL GALELA
EDIT : MUCHLISIN
POTO : DOK. PRIBADI

Comments