Konsistensi Sahabat Bonang Dalam Merawat Tradisi Nahdliyah


 

Pendekarpena.id.ac.-Malang Dalam merawat 'Amaliya An-Nahdliyah' sudah menjadi tradisi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesi (PMII), teruntuk konsistensi yang di terapkan di PMII Rayon Sunan Bonang, Komisariat Unisma. Malam Jumat menjadi gemuruh sholawat, tahlil dan yasinan, amaliyah ini sudah mendalam, khas, dan bahkan menjadi ke-wajiban kader 'sunan bonang' pada aktivitas Organisasinya. 

Sebab, rayon sunan bonang menyandang empat amanah "transindental" dari lembaga yang melingkari esensi tegak berdirinya Rayon Sunan Bonang (Universitas Islam Malang, Fakultas Agama Islam, kader dengan latar belakang santri dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Kita tau bahwa lembaga Universitas Islam Malang ini, memiliki semboyan "Dari NU untuk indonesia" dan tegak berdirinya bangsa terdapat peran Aktivis, santri dan para Ulama' Nahdliyah yang betul-betul kokoh pada perinsip ajaran "Ahlusunnah Wal Jamaah".

Malam Jumat (12/11/2021) PMII Rayon Sunan Bonang mengagendakan kegiatan Sholawat, tahlil dan yasin bersama seluruh pengurus, anggota dan alumni. Tidak hanya itu pasca gerakan relegius, kerap kali membiasakan untuk 'kajian' ke-agamaan. 

Lembaga Ke-Aswajaan yang di pimpin oleh sahabat Umam ini, menitik berartkan bahwa kegiatan dalam upaya merawat dan melestarikan amaliya nahdliyah, akan terus di gelar setiap Malam Jumat. Dan nantinya akan bekerja sama dengan lembaga kajian untuk merefresentasikan kecakapan kader terhadap ilmu, sebagaimana termaktub di dalam Visi-Misi PMII.

"Perlu kami jelaskan, bahwa dikatakan tradisi bid'ah dan bahkan menyesatkan yang kerap kali di lontarkan oleh kelompok 'takfiri'. Sederhananya, tidak ada yang salah dalam ajaran agama membaca kalimat "Laila ha illallah" Sholawat, Al-Quran dan kalimat toyyibah lainnya".

Adakah yang salah dari rutinan membaca tahlil malam jumat

Pada perinsipnya Tahlil Secara bahasa berakar dari kata hallala (هَلَّلَ) yuhallilu ( يُهَلِّلُ ) tahlilan ( تَهْلِيْلاً ) artinya adalah membaca “Laila illallah.”  Istilah ini kemudian merujuk pada sebuah tradisi membaca kalimat dan doa- doa tertentu yang diambil dari ayat al- Qur’an, dengan harapan pahalanya dihadiahkan untuk orang yang meninggal dunia. 

Bacaan ayat-ayat al-Qur’an yang dihadiahkan untuk mayit menurut pendapat mayoritas ulama’ boleh dan pahalanya bisa sampai kepada mayit tersebut. 

Berdasarkan beberapa dalil, diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lainnya; 

عَنْ سَيِّدِنَا مَعْقَلْ بِنْ يَسَارْ رَضِيَ الله عَنْهُ اَنَّ رَسُولَ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ : يس قَلْبُ اْلقُرْانْ لاَ يَقرَؤُهَا رَجُلٌ يُرِيْدُ اللهَ وَالدَّارَ اْلاَخِرَة اِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ اِقْرَؤُهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ )رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدْ, اِبْنُ مَاجَهْ, اَلنِّسَائِى, اَحْمَدْ, اَلْحَكِيْم, اَلْبَغَوِىْ, اِبْنُ اَبِىْ شَيْبَةْ, اَلطَّبْرَانِىْ, اَلْبَيْهَقِىْ, وَابْنُ حِبَانْ 

"Dari sahabat Ma’qal bin Yasar r.a. bahwa Rasulallah SAW bersabda : "surat Yasin adalah pokok dari Al-Qur’an", tidak dibaca oleh seseorang yang mengharap ridha Allah kecuali diampuni dosa dosanya. Bacakanlah surat Yasin kepada orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian". (H.R. Abu Dawud) 

Adapun beberapa ulama juga berpendapat seperti Imam Syafi’i yang mengatakan bahwa :

وَيُسْتَحَبُّ اَنْ يُقرَاءَ عِندَهُ شيْئٌ مِنَ اْلقرْأن ,وَاِنْ خَتمُوْا اْلقرْأن عِنْدَهُ كَانَ حَسَنًا

"Bahwa, disunahkan membacakan ayat-ayat al-Qur’an kepada mayit, dan jika sampai khatam al-Qur’an maka akan lebih baik".

Intinya ingin kami tegaskan, dalam amaliyah Agama jangan hanya terjebak pada di haruskannya setiap ikhtiar terdapat hadist dan Al-Quran, sehingga apa-apa di tanya dalil, adapun yang tidak terdapat dalil di anggap bid'ah. Apakah hanya itu esensi Agama sampai kita lupa bahwa ada yang lebih esensial yaitu Tuhan.

Mari sahabat PMII se-Nusantara teruntuk PMII Komisariat Universitas Islam Malang, tetap rutin olah rasa pada gerakan relegius dan refleksi NDP Organisasi "PMII".


Penulis : Hainor Rahman

(Kader PMII Rayon Sunan Bonang)

Comments

Popular Posts