KAUM INTELEKTUAL PENYAMBUNG INSPIRASI RAKYAT



Oleh: Fiqri Imam Ansyori
Terkadang sebagian masyarakat indonesia beranggapan bahwa maha siswa itu berfikir negatif yang kita lihat secara realita terjadi dilapangan bersikap anarkis, sering turun ke jalan yang mana kita sadari akibat ulah pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang membuat hidup rakyat menjadi menderita. Kebijakan-kebijaan yang sudah dikeluarkan pemerintah banyak kita jumpai tidak pro terhadap rakyat, maka dari itu mahasiswa tidak segan-segan melakukan perlawanan dan berbagai macam tindakan demi kepentingan rakyat agar hidup aman, sejahtera dan damai. Dari berbagai macam inspirasi yang salah satunya upaya yang dilakukan maha siswa yakni dioalog yang melibatkan pihak pemerintah dan tak sedikit juga melibatkan pihak tokoh aliran agama, buruh tani serta kaum kaum minoritas yang tertindas sebagai bukti bahwa mahasiswa merasakan penderitaan yang dirasakan oleh rakyat.  Kita lihat sering sekali terjadi terhadap tokoh-tokoh politik saat ini. Seperti halnya ketika hampir mendekati pemilihan umum, banyak tokoh-tokoh yang kita lihat yang turba (turun kebawah) seolah olah mau mengayomi masyarakat kecil, padahal sebelumnya tidak sama sekali. Inilah yang disebut tindakan pencitraan yang ramai dilakukan dimasa-masa pemilihan umum.
Saatnya para kaum intelektual mahasiswa bahu-membahu, tinggalkan egosentria almamater, jika itu justru memecah belah kita semua, jika itu justru membuat kita semakin lemah, mulailah melakukan penyadaran demi hingga menyadarkan hingga ke jantung rakyat, balas keyakinan mereka yang membabi buta dengan diskusi academis ala kaum intelektual  yang kita miliki. Bicara NKRI adalah bicara tentang keragaman, bicara NKRI adalah bicara tentang harmonisasi kebhinnekaan, bicara NKRI adalah berbicara tentang perjuangan kaum toleran. Jika kaum intelektual toleran tidak memulai berbicara, jika intelektual mahasiswa sibuk mengurus agenda caremonial belaka, jika  intelektual maha siswa hanya mengejar IPK, katakan dengan lantang bahwa kebihnekaan negeri ini bukanlah bencana, katakan bahwa sikap melindung, mengasihi dan menghormati antar suku, agama dan budaya negeri ini bukanlah dosa. Itu semua adalah anugerah, itu semua adalah ikhtiar dari pejuang. Ini yang telah mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk mencapai tujuan kemerdekaan indonesia bersama hingga kita semua nikmati hari ini. Jangan biarkan kemerdekaan yang mengorbankan jutaan rakyatnya, jangan biarkan negeri ini rusak oleh mereka yang hanya menikmati hasil dari jerih payah perjuangan yang dibangun dengan tetesan darah dan penuh air mata. Jangan biarkan itu semua rusak oleh faham fanatisme yang anti kebhinnekaan, suku, budaya dan agama  dinegeri tercinta ini. Menurut apa yang dikatakan presiden pertama  indonesia yang dijuluki sebagai bapak proklamator  adalah ‘’Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”.
Kita melihat keadaan fenomena yang terjadi dinegeri ini, tentu kita prihatin. Persoalan korupsi tidak kunjung usai, malah korupsi berjamaah semakin merajalela dan terang terangan. Konflik atas nama suatu agama, etnis dan golongan masih sering terjadi, pemimpin2 kita saat ini banyak yang terjebak dalam transaksi politik yang hanya menguntungkan kepentingan pribadi dan kelompok hingga akhirnya kepentingan suatu negara diabaikan begitu saja. Negeri ini butuh diayomi,  kaidah agama yang kita anut adalah agama yang cinta damai dan mengasihi seluruh alam. Saat ini semakin banyak masyarakat dunia yang menghafalkan al quran dan hadist akan tetapi sayangnya masih ada pula yang senang mengkafirkan orang lain. Pemerintah yang kita ketahui bersama bahwa saat ini hanya mendahulukan bungkusnya dari pada substansi hingga merampas uang rakyat disiang bolong, padahal sebelum terpilih menjadi pemimpin cara mengemispun tidak jarang kita jumpai untuk meminta dukungan kepada rakyat kecil akan tetapi setelah sudah menjadi seorang pemimpin maka saat itu pula mereka mengidap penyakit amnesia. Sebab janjinya kepada masyarakat dilupakan dan dibiarkan begitu saja. Kini perampok dinegeri ini saling melindungi.
Dalam konteks ini saya tidak menjustifikasikan siapa yang sebenarnya kita salahkan dan siapa yang kita benarkan. Akan tetapi sistem yang diterapkan dinegeri yakni sistem demokrasi, yang mana sistem demokrasi ini dapat didefenisikan secara singkat kebebasan dalam menyampaikan atau pun mengeluarkan suatu pendapat ide gagasan dimuka umum. Tugas maha siswa disini bagian dari suatu agen controlinguntuk membawa suatu perubahan yang lebih baik untuk mensejahterakan dan memakmurkan rakyat, mahasiswa juga harus mampu memberikan suatu solusi bagi permasalahan yang sedang dialami oleh masarakat, bangsa diberbagai belahan dunia.
Peran dan fungsi maha siswa dinegeri ini untuk rakyat begitu penting. Adapun peran dan fungsi tersebut dibagi menjadi 3 pilar, yang pertama yakni generasi perubahan yang mana maha siswa sebagai agen dari suatu perubahan artinya, jika ada sesuatu yang terjadi dilingkungan masyarkat dan itu salah, maka dari semua itu harus dituntut untuk merubahnya sesuai dengan harapan yang sesungguhnya. Yang kedua yakni  mahasiswa sebagai generasi pengontrol, disini sebagai generasi pengontrol mahasiswa mampu mengendalikan keadaan sosial yang ada disekitar ruang lingkup lingkungan masyarakat sekitar dan selain itu juga kita sebagai mahasiswa yang berintelektual harus mampu dalam bersosialisasi dan memiliki kepekaan terhadap problematika-problematika yang terjadi dilingkungan masyarakat sekitar. Yang ketiga yakni mahasiswa sebagai generasi penerus, dapat kita ketahui bersama bahwasannya maha siswa sebagai tulang punggung bangsa dimasa depan yang mana harapan menjadi manusia yang tangguh serta memiliki kemampuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi didalam kehidupan masyarakat.
Keadaan negara ini sangat menderita yang mana disetiap berbagai sudut daerah banyak kaum kapitalisme ingin mengusai negeri ini. Siapa yang tidak mengakui dimata dunia negara indonesia kaya akan hasil bumi yang melimpah, pulau-pulau dari sabang sampai merauke nan begitu indah seakan tempat mereka berkreasi dan berkunjung setiap waktu, tapi saya beranggapan bahwa indonesia ini terlalu bebas dalam hal kerja sama pengelolaan kekayaan alam. Kenapa saya mengatakan hal tersebut karena kita lihat-hasil alam dikeruk habis-habisan oleh kaum kapitalisme yang hanya berapa persen yang didapatkan oleh elit pemerintah. Itupun masyrakat awam tidak mendapatkan apa-apa hanya bisa merenungi alamnya dikeruk begitu saja. Pilu, tragis  dan sangat memprihatin negara yang dicita citakan jutaan rakyatnya hari ini, semakin mematangkan watak horornya dengan kesenangan pelegalan perampasan atas nama rakyat
Bangsa ini begitu banyak ilusi dan seakan-akan menjabat sebagai kepala pemerintahan begitu saja, semaunya dia tanpa tidak mengetahui aturan-aturan dan undang undang yang dibuat oleh pejuang orang orang terdahulu mengorbankan jiwa dan raganya untuk negeri yang memperjuangkan bangsa ini dari kawanan penjajah selama beberapa abad. Indonesia adalah negara masyarakat agamis, karenanya nilai dan ajaran agama kerap jadi sandaran masyarakat untuk berfikir dan bertindak, termasuk dalam menentukan pilihan politik. Masyarakat kita sudah lazim mendasar diri pada keyakinan agamanya pada urusan politik. Sejak tahun 1995 masyrakat memilih anggota dewan, presiden hingga kepala daerah berdasarkan pertimbangan keyakinan agama. Pilihan seperti itu adalah hak yang dijamin konstitusi, dalam UUD 1945 pasal 28i yang berbunyi‘’ Menyatakan bahwa beragama adalah bagian dari hak asasi’’ kemudian pasal 29 yang berbunyi‘’ Menyatakan negara menjamin kemerdekaan warganya untuk beribadah sesuai agama dan kepercayaannya’’.
Ini menjadi bagian tugas besar bagi kaum intelektual mahasiswa untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di NKRI. Memberi solusi untuk mencari jalan keluar dari yang permasalahan agar tidak timbul pertumpahan darah antar suku, bangsa dan negara, kalaw kita mengandalkan rakyat yang tertindas apa yang mereka bisa lakukan. Satukan tekad dan niat untuk mengembalikan harta rakyat yang hingga pada saat ini alamnya dikeruk habis habisan oleh kaum kapitalisme yang tidak bertanggung jawab atas apa yang mereka perbuat. Disisi lain gunung-gunung sekarang semakin hari semakin tandus yang dulunya banyak tumbuhan hijau yang tumbuh menghiasi pemandangan dipagi hari kini menjadi mata pencaharian orang orang kapitalis. Apa yang kita perbuat sebagai generasi penerus bangsa melihat permasalahan yang sudah terjadi dibangsa ini yang mana orang orang kapitalis dari hari ke hari, bulan ke bulan bahkan tahun ke tahun ingin mengusai negeri ini yang kaya akan hasil alam yang melimpah.
Maka hari ini kita harus sadar bahwa para elit bangsa sudah menelanjangi kepercayaan masayrakatnya sendiri. Bahkan yang katanya negara kita adalah negara hukum ternyata itu tidaklah lebih hanya sebuah ajakn untuk mengakui bahwa negara kita adalah negara hukum. Hukum dinegri ini begitu gampang diperjual belikan, diobral layaknya bukan aturan yang mengkat. Lantas kita harus bagaimana melihat fenomena menjijikan itu? Berdiam diri bukanlah sikap yang yang tepat. Tapi bangunlah tersentak dari bumi yang subur ini untuk mengambil tindakan, agar ketimpangan tersebut kembali kekoridornya sebagai jalan yang lurus. Kini tibalah saatnya kaum intelektual menyelesaikan dinamika suatu permasalahan ini. Kita satukan kesatuan dan penindasan takan ada lagi dinegeri ini.

Comments

Popular Posts